Sirih merupakan tanaman merambat, batang sirih berwarna coklat kehijauan, berbentuk bulat, beruas dan merupakan tempat keluarnya akar. Tinggi tanaman sirih bisa mencapai 15 m, batang berwarna coklat kehijauan, bulat, beruas, merupakan tempat keluarnya akar. Daunnya yang tunggal berbentuk jantung, berujung runcing, tumbuh berselang-seling, bertangkai dan mmengeluarkan bau yang sedap bila diremas.
Di Indonesia, berdasarkan bentuk daun, rasa dan aromanya, sirih dibedakan menjadi beberapa jenis, yakni sirih Jawa selain ditemukan di Jawa, ditemukan juga di Maluku. Daun sirih Jawa berwarna hijau tua rasanya tidak begitu tajam. Sirih benda banyak tumbuhan di banda, seram, dan amban. Sirih banda berdaun besar, berwarna hijau tua dan kuning di beberapa bagian, rasa serta aroma atau baunya sengak. Sirih cengkeh berdaun kecil berwarna kuning dan rasanya tajam menyerupai rasa cengkeh, sirih hitam rasanya sangat sengak, biasanya digunakan untuk campuran obat (Damayanti, R, 2003).
Berdasarkan fungsi dan manfaat daun sirih di atas, didapatkan 50% dari 20 ibu post partum di wilayah kerja puskesmas Kalipare Kabupaten Malang, yang menggunakan daun sirih untuk vulva hygiene terhadap luka perineum yang dialami. Meskipun frekuensi penggunaan daun sirih rata-rata pertama kali dilakukan oleh sejumlah ibu nifas (primipara), kondisi ini banyak dipengaruhi bahwa sebagain ibu masih percaya bahwa daun sirih jauh lebih efektif daripada antibiotik dalam menyembuhkan luka perineum. Kondisi dan frekuensi tersebut juga dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu yang berbeda pada masing-masing ibu yang sempat melakukan persalinan di puskesmas Kalipare Kabupaten Malang.
Daun sirih memiliki sifat styptic yang berguna untuk menahan perdarahan, vulnerary yang berguna untuk menyembuhkan luka kulit, stomchic sebagai obat saluran pencernaan, menguatkan gigi dan membersihkan tenggorokan. Selain itu daun sirih memiliki daya mematikan kuman, antioksidasi, fungisida dan antijamur. Sirih berkhasiat menghilangkan bau badan yang ditimbulkan bakteri dan cendawan. Sirih mengandung zat antiseptik yang mampu membunuh kuman, kandungan fenol dalam sifat antiseptiknya 5 kali lebih efektif dibandingkan dengan fenol biasa (Damayanti, R, 2003).
Vulva hygiene adalah membersihkan alat kelamin luar perempuan (Laksmana, H, 2001). Atau Membersihkan vulva dan daerah sekitarnya pada pasien wanita yang sedang nifas (Depkes RI, 1991). Tujuan dilakukan vulva hygiene adalah untuk: mencegah terjadinya infeksi daerah vulva, perineum, maupun dalam uterus, penyembuhan perineum (jahitan perineum) dan untuk menjaga kebersihan perineum dan vulva (Christina, 2001).
Perawatan vulva hygiene ini dilakukan pada: waktu pagi dan sore sebelum mandi, sesudah buang air kecil atau buang air besar, bila penderita merasa tidak nyaman karena lochea berbau atau keluhan rasa nyeri dan dilakukan tiga sampai empat jam, terutama pada penderita dengan jahitan perineum tingkat tiga (Christina, 2001).
|
Lembaran Daun Sirih |
Menurut Rudiyanti (dalam Handayani, F. 2001), langkah-langkah atau cara yang benar pembersihan vagina yaitu: (a) Siram mulut vagina hingga bersih dengan air setiap kali habis BAK dan BAB air yang digunakan tak perlu matang asalkan bersih. Basuh dari arah depan ke belakang tidak ada sisa-sisa kotoran yang menempel disekitar vagina baik itu dari air seni maupun feses yang mengandung kuman dan bisa menimbulkan infeksi pada luka jahitan. (b) Vagina boleh dicuci menggunakan sabun maupun cairan antiseptic karena dapat berfungsi sebagai penghilang kuman. Yang penting jangan takut memegang daerah tersebut dengan seksama; (c) Bila ibu benar-benar takut menyentuh luka jahitan, upaya menjaga kebersihan vagina dapat dilakukan dengan cara duduk berendam dalam cairan antiseptik selama 10 menit. (c) Setelah vagina dibersihkan, pembalutnya tidak diganti bila seperti itu caranya maka akan percuma saja. Jika pembalut tidak diganti, maka vagina akan tetap lembab dan kotor; (d) Setelah dibasuh, keringkan perineum dengan handuk lembut, lalu gunakan pembalut baru ingat pembalut harus diganti setiap habis BAK atau BAB atau minimal 3 jam sekali atau bila sudah dirasa tidak nyaman; (e) Setelah semua langkah dilakukan perineum dapat diolesi dengan salep antibiotik.
Luka perineum yaitu robekan perineum karena lahirnya kepala janin yang terlalu cepat. Luka perineum juga terjadi karena tindakan episiotomi. Luka perineum adalah terjadinya rupture yang dimulai dari bagian bawah dinding vagina dekat komisura posterior dan menjalar terus kekulit perineum dan ke dalam jaringan-jaringan otot dibawahnya (Prawirohardjo, 2002).
Menurut Manuaba (1998), faktor-faktor penyebab luka perineum diantaranya: (a) Lahirnya kepala janin melalui dasar panggul yang terlalu sempit; (b) Sudut arkus pubis lebih kecil dari pada biasa, sehingga kepala janin terpaksa lahir lebih kebelakang dari pada biasa; (c) Kepala janin melewati pintu bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar dari pada sirkumferensia suboksipito bregmatika; (d) Anak dilahirkan dengan perbedaan vaginal persalinan oleh dukun karena besar tanpa jahitan; (e) Persalinan oleh dukun karena tanpa jahitan apabila terjadi robekan.
Pada ibu nifas atau post partum perawatan luka perineum dapat dilakukan dengan dua cara, ada yang memakai antibiotik untuk mempercepat kesembuhan luka perineum, ada juga yang memakai dengan cara tradisional dengan jamu atau rempah-rempah seperti daun sirih dan sebagainya. Sirih dipakai untuk menyembuhan luka perineum, karena sirih mempunyai kandungan kimia minyak atsiri (kandiner, kavikol, sineol, eugenol,karvikol), zat samak. Bagian yang digunakan daun, getah dan minyaknya. Daun sirih juga mengandung minyak terbang (betle penol), seksul terpen, pati diatase dan gula (Damayanti, R, 2003).
Kandungan fenol dalam sifat antiseptiknya lima kali lebih efektif dibandingkan dengan fenol biasa. Daun sirih juga mengandung arecoline di seluruh bagian tanaman, zat ini bermanfaat untuk merangsang saraf pusat dan daya fakir meningkatkan gerakan peristaltic meredakan dengkuran. Pada daunnya terkandung eugenol yang mampu mencegah ejakulasi dini, membasmi jamur candidi albicans dan bersifat analgesik (meredakan rasa nyeri). Ada juga kandungan tannin pada daunnya yang bermanfaat mengurangi sekresi cairan pada vagina, melindungi fungsi hati, dan mencegah diare (Wibowo, A, 2009).
Melihat daun sirih cukup efektif untuk membantu kesembuhan luka perineum. Berdasarkan hasil penelitian, yang dilakukan terhadap 20 ibu nifas di wilayah kerja puskesmas Kalipare Kabupaten Malang, ditemukan 50% ibu yang menggunakan daun sirih untuk mempercepat tingkat kesembuhan luka perineum untuk vulva hygiene nya dan sisanya 50% menggunakan air bersih untuk mempercepat tingkat kesembuhan luka perineum.
Kondisi di atas, memperlihatkan bahwa tidak semua ibu post partum di wilayah kerja puskesmas Kalipare Kabupaten Malang memiliki pengetahuan yang cukup tentang efektivitas penggunaan daun sirih untuk mempercepat luka perineum post partum. Bahkan tidak sedikit ibu yang kurang mempercayai daun sirih lebih efektif dari air bersih untuk mempercepat kesembuhan luka perineum.
Banyak perempuan merasa terlalu khawatir terhadap luka perineumnya sehingga takut melakukan aktivitas seperti berjalan, buang air kecil, mandi dan sebagainya pada hari-hari pertama setelah melahirkan. Sebenarnya hal ini berlebihan karena luka episiotomi bisa pulih lebih cepat tidak perlu menunggu hingga 4-6 minggu (Tabloid Ibu dan Anak, 2009).
Perawatan luka perineum kuncinya adalah memulihkan kesehatan secara umum dan menjaga kebersihan luka episiotomi. Lakukan perawatan rutin seperti yang disarankan dokter, misalnya membasuh luka dengan cairan antiseptik (bisa juga menggunakan air rebusan daun sirih), mengganti pembalut dengan teratur, menjaga daerah perineum agar tidak lembab karena jika lembab akan mengundang jamur (Tabloid Ibu dan Anak, 2009).
Hubungan antara luka perineum dengan daun sirih, terletak pada fungsi bahwa daun sirih dapat mempercepat kesembuhan luka jahitan karena adanya kandungan-kandungan yang terdapat dalam daun sirih serta sebagai antiseptik yaitu vulnerary yang berguna untuk menyembuhkan luka pada kulit (Damayanti, R, 2003).
Kandungan antiseptik dalam daun sirih yaitu vulnerary dapat mempercepat kesembuhan luka perineum pada kulit. Sehingga banyak ibu dan masyarakat menggunakan air rebusan daun sirih untuk cebok atau vulva hygiene guna mempercepat kesembuhan luka perineum, sedangkan antibiotik yang terdapat dalam daun sirih terdapat kandungan fenol dan antioksidan yang dapat membunuh kuman-kuman (Damayanti, R, 2003).
Efektivitas penggunaan daun sirih untuk vulva hygiene terhadap kecepatan luka perineum juga terbukti dari hasil penelitian, bahwa dari 10 ibu post partum yang menggunakan daun sirih 8 diantara mereka sembuh lebih cepat secara total kurang dari 7 hari. Luka sudah mengering tidak timbul nanah dan jahitan mulai menutup dengan baik dan hanya 2 ibu post partum yang mengalami keterlambatan kesembuhan lebih dari 7 hari dengan jahitan belum menutup.
Uji hipotesis penelitian juga menghasilkan nilai X2hitung lebih besar dari X2tabel (0.26>0.20), artinya bahwa variabel penggunaan daun sirih dan tidak untuk vulva hygiene benar-benar terdapat perbedaan dan berhubungan dengan kecepatan kesembuhan luka perineum ibu post partum di wilayah kerja Puskesmas Kalipare Kabupaten Malang. Hanya saja tingkat kesembuhan perineum dengan menggunakan daun sirih jauh lebih efektif daripada selain sirih.
Keterlambatan kesembuhan pada 2 ibu post partum di wilayah kerja puskesmas Kalipare Kabupaten Malang di atas, kemungkinan dipengaruhi faktor lain seperti gizi buruk, daya tahan tubuh tertekan, obat-abatan, diabetes mellitus, radiasi, penyakit yang menyertai, merokok, stress, infeksi dan usia ibu. Kalaupun tidak ada tanda-tanda penyakit penyerta tersebut, maka besar kemungkinan juga diakibatkan oleh kesalahan dalam proses pengobatan atau membersihkan luka.