Asosiasi Psikologi Amerika (American Psychological Assocciation) menemukan bahwa salah satu dari empat kebutuhan psikologis tergantung yang membuat manusia bahagia adalah autonomy atau kemandirian, yaitu rasa bahwa apa yang dikerjakan adalah pilihan dan diperjuangkan oleh diri sendiri (Agussabti dalam Priana 2004).
Boedhi (2008) mendefinisikan kemandirian sebagai kemampuan untuk melakukan kegiatan atau tugas sehari-hari sendiri atau dengan sedikit bimbingan, sesuai dengan tahapan perkembangan dan kapasitasnya. Mandiri menurut Mu’tadin (2002) merupakan kemampuan seseorang untuk tidak tergantung pada orang lain serta bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya.
Ruhidawati (2005) mengartikan kemandirian merupakan suatu keadaan dimana seorang individu memiliki kemauan dan kemampuan berupaya untuk memenuhi tuntutan kebutuhan hidupnya secara sah, wajar dan bertanggung jawab terhadap segala hal yang dilakukannya, namun demikian tidak berarti bahwa orang yang mandiri bebas lepas tidak memiliki kaitan dengan orang lain.
Mu’tadin (2002) juga mengatakan bahwa untuk dapat mandiri seseorang membutuhkan kesempatan, dukungan dan dorongan dari keluarga serta lingkungan di sekitarnya, agar dapat mencapai otonomi atas diri sendiri.
|
Lansia Mandiri |
Kemandirian pada lansia menurut Snowdon et al. (2002) dapat dipengaruhi oleh pendidikan lansia, dipengaruhi juga oleh gangguan sensori khususnya penglihatan dan pendengaran (Raina et al. 2004), dipengaruhi oleh penurunan dalam kemampuan fungsional (Verbrugge et al. 2002, dalam Mathieson et al. 2002), dan dipengaruhi pula oleh kemampuan fungsi kognitif lansia yang juga menurun (Greiner et al. 2002).
Lebih lanjut dikatakan bahwa dengan pendidikan yang tinggi, maka seseorang akan mampu mempertahankan hidupnya lebih lama dan bersamaan dengan itu dapat mempertahankan kemampuan fungsional/ kemandiriannya juga lebih lama karena cenderung melakukan pemeliharaan dan upaya pencegahan pada kesehatannya (Snowdon et al. 2002).
Greiner et al. (2006) dalam penelitiannya mengatakan bahwa terjadi peningkatan resiko kehilangan kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari-hari (ADL) pada lansia dengan fungsi kognitif yang menurun. Lebih lanjut dikatakan bahwa kehilangan kemandirian dalam aktivitas sehari-hari dapat diantisipasi dan dicegah dengan mekanisme dukungan sosial dan pelatihan secara fisik (Greiner et al. 2006).
Steinberg dalam Aspin (2007) mengemukakan pendapat yang didasari oleh toeri Anna Freud (1958), bahwa kemandirian adalah permasalahan sepanjang rentang kehidupan, tetapi perkembangan kemandirian sangat dipengaruhi oleh perubahan fisik yang dapat memacu perubahan emosional, perubahan kognitif yang memberikan pemikiran logis tentang cara berpikir yang mendasari tingkah laku dan juga perubahan nilai dalam peran sosial serta aktivitas.
Setiati (2000) diacu dalam Suhartini (2009) mengatakan, bahwa kualitas hidup orang lanjut usia dapat dinilai dari kemampuan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari. Aktivitas Kehidupan Sehari-hari (AKS) menurut Setiati (2000) ada 2 yaitu AKS standar dan AKS instrumental. AKS standard meliputi: kemampuan merawat diri seperti makan, berpakaian, buang air besar/kecil,dan mandi. AKS instrumental meliputi aktivitas yang komplek seperti memasak, mencuci, menggunakan telepon, dan menggunakan uang. Salah satu kriteria orang mandiri adalah dapat mengaktualisasikan dirinya (self actualized) tidak menggantungkan kepuasan-kepuasan utama pada lingkungan dan kepada orang lain. Mereka lebih tergantung pada potensi-potensi mereka sendiri bagi perkembangan dan kelangsungan pertumbuhannya.
Adapun kriteria mandiri menurut Koswara (20011) diacu dalam Suhartini (2009) adalah mempunyai: (1) kemantapan relatif terhadap pukulan pukulan, goncangan-goncangan atau frustasi, (2) kemampuan mempertahankan ketenangan jiwa, (3) kadar arah yang tinggi, (4) agen yang merdeka, (5) aktif dan, (6) bertanggung jawab. Lanjut usia yang mandiri dapat menghindari diri dari penghormatan, status, prestise dan popularitas kepuasan yang berasal dari luar diri mereka anggap kurang penting dibandingkan dengan pertumbuhan diri.
Havighurst dalam Mu’tadin (2002) menjelaskan bahwa kemandirian terdiri dari beberapa aspek, yaitu:
- Emosi, aspek ini ditunjukan dengan kemampuan mengontrol emosi dan tidak tergantungnya kebutuhan emosi dari orang lain.
- Ekonomi, aspek ini ditunjukan dengan kemampuan mengatur ekonomi dan tidak tergantungnya kebutuhan ekonomi pada orang lain.
- Intelektual, aspek ini ditunjukan dengan kemampuan untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi.
- Sosial, aspek ini ditunjukan dengan kemampuan untuk mengadakan interaksi dengan orang lain dan tidak tergantung atau menunggu aksi dari orang lain.
Secara lebih spesifik kemandirian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mengadopsi teori Greiner et al. (2006), bahwa yang dimaksud lansia yang mandiri adalah lansia yang masih mampu melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) yang meliputi: aktivitas kekamar mandi (bathing), mengenakan pakaian (dressing), berjalan (walking), berdiri (standing), kekamar kecil (toileting) dan makan sendiri (feeding). Sementara itu Hurlock (2002), mengatakan bahwa ketergantungan orangtua dalam hal ekonomi khususnya bagi lansia pria merupakan pil pahit yang harus diterima lansia dan akan membuat gerak lansia menjadi terbatas baik secara fisik maupun ekonomi.
ADS HERE !!!