Pengertian Lansia
Dalam Undang-undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia menyatakan bahwa lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas. Dalam mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia, ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial (BKKBN 2001).
Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ.
Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat (Papalia dkk, 2005).
Dari aspek sosial, penduduk lanjut usia merupakan satu kelompok sosial sendiri. Di negara Barat, penduduk lanjut usia menduduki strata sosial di bawah kaum muda. Hal ini dilihat dari keterlibatan mereka terhadap sumber daya ekonomi, pengaruh terhadap pengambilan keputuan serta luasnya hubungan sosial yang semakin menurun. Akan tetapi di Indonesia penduduk lanjut usia menduduki kelas sosial yang tinggi yang harus dihormati oleh warga muda.
|
Lansia |
Klasifikasi Usia Lansia
Secara kronologis lansia merupakan orang yang telah berumur 60 tahun ke atas (Wahyuni, 2003: 1). Tetapi ada juga menyebutkan bahwa lansia orang yang telah berumur lebih dari 65 tahun. Menurut Giriwijoyo dan Komariah (2002: 7) secara kronologik lansia berumur 60-70 tahun, sedangkan lansia yang berisiko tinggi berusia di atas 70 tahun atau di atas 60 tahun yang mengidap penyakit.
Dirjen Kesehatan Masyarakat (1990) dalam Giriwijoyo dan Komariah (2002: 7) mengelompokkan usia di atas 40 tahun sebagai berikut:
1.
Usia menjelang lanjut 40-55 tahun;
2.
Usia lanjut masa presenium 55-64 tahun;
3.
Usia lanjut masa senescens di atas atau sama dengan 65 tahun;
4.
Usia lanjut resiko tinggi di atas 70 tahun.
WHO juga mengelompokkan usia lansia ke dalam beberapa kategori,yaitu:
1.
Middle Age 45-59 tahun;
2.
Elderly 60-74 tahun;
3.
Old 75-90 tahun;
4.
Very Old di atas atau sama dengan 90 tahun.
(Giriwijoyo dan Komariah, 2002: 7-8).
Karakteristik Lansia
Secara biologis Wibowo (dalam Harsuki, 2003: 245) menyebutkan bahwa proses penuaan pada tubuh manusia ditandai dengan: (1) kulit tubuh menjadi lebih tipis, kering, keriput dan tidak elastis lagi; (2) rambut rontok warnanya berubah putih, kering dan tidak mengkilat; (3) jumlah otot berkurang, volume otot secara keseluruhan menciut dan fungsinya menurun; (4) otot-otot jantung mengalami perubahan degeneratif, ukuran jantung mengecil, kekuatan memompa darang berkurang; (5) pemburuh darah mengalami kekakuan (Arterikloresis); (6) terjadi degenerasi selaput lendir dan bulu getar saluran pernapasan, gelembung paru-paru menjadi kurang elastis; (7) tulang menjadi keropos (Osteoporosis); (8) akibat degenerasi di persendian, permukaan tulang menjadi kasar; (9) jumlah Nefron (satuan fungsional dari ginjal yang tugas membersihkan darah) menurun. Secara umum dapat disimpulkan bahwa perubahan-perubahan fisioligis tersebut diakibatkan oleh adanya degenerasi fungsi alat-alat tubuh lansia. Penyebab dari degenerasi tersebut sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Para pakar berpendapat karena adanya senyawa radikal bebas, arteriklerosis, dan kurangnya aktivitas fisik.
Status Lansia
Pengelompokan lansia juga didasarkan pada mudahnya mereka terkena penyakit, menurut Siburian (2006: 1-2) terdiri atas: (1) lansia sangat tua, (2) lansia duda, (3) lansia yang kesepian, (4) lansia baru keluar dari rawat inap di rumah sakit, (5) lansia yang mengalami dukacita yang dalam (Breavement), dan (6) lansia yang depresi. Lansia sangat tua adalah mereka yang telah berusia 80 tahun atau lebih, ditandai dengan sangat berkurangnya fungsi-fungsi oragan tubuh. Lansia duda adalah lansia pria yang hidup sendiri tanpa didampingi istri. Lansia kesepian adalah lansia yang hidupnya sendirian, yang biasanya dialaminya pada saat meninggalnya pasangan hidup atau teman dekat seringkali mengalami kesepian. Lansia baru keluar dari keluar dari perawatan di rumah sakit merupakan lansia yang baru sembuh dari penyakit yang diidapnya, keadaan ini biasanya akan semakin rentan karena penyakit akan bertambah akut. Lansia yang baru mengalami duka cita yang mendalam biasanya disebabkan oleh ditinggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan hewan peliharaan yang disayangi. Kelompok-kelompok lansia tersebut secara umum sangat rentan terserang penyakit karena penurunan kondisi kesehatan fisik maupun kesehatan mentalnya. Sehingga perlu adanya pendekatan yang mendalam dan spesifik terhadap kelompok lansia dari segi kesehatannya tersebut agar mereka bisa kembali melanjutkan kehidupannya tanpa membebani diri dan orang lain.
Permasalahan Pada Lansia
Dengan bertambahnya usia, wajar saja bila kondisi dan fungsi tubuh pun makin menurun. Tak heran bila pada usia lanjut, semakin banyak keluhan yang dilontarkan karena tubuh tak lagi mau bekerja sama dengan baik seperti kala muda dulu.
Boedhi (2009), menyampaikan beberapa masalah yang kerap muncul pada usia lanjut , yang disebutnya sebagai a series of I’s. Mulai dari immobility (imobilisasi), instability (instabilitas dan jatuh), incontinence (inkontinensia), intellectual impairment (gangguan intelektual), infection (infeksi), impairment of vision and hearing (gangguan penglihatan dan pendengaran), isolation (depresi), inanition (malnutrisi), insomnia (ganguan tidur), hingga immune deficiency (menurunnya kekebalan tubuh).
Sumber lain menyebutkan, penyakit utama yang menyerang lansia ialah hipertensi, gagal jantung dan infark serta gangguan ritme jantung, diabetes mellitus, gangguan fungsi ginjal dan hati. Juga terdapat berbagai keadaan yang khas dan sering mengganggu lansia seperti gangguan fungsi kognitif, keseimbangan badan, penglihatan dan pendengaran.
Boedhi (2009) juga menjelaskan secara umum, menjadi tua ditandai oleh kemunduran biologis yang terlihat sebagai gejala-gejala kemuduran fisik, antara lain:
1.
Kulit mulai mengendur dan wajah mulai keriput serta garis-garis yang menetap.
2.
Rambut kepala mulai memutih atau beruban
3.
Gigi mulai lepas (ompong)
4.
Penglihatan dan pendengaran berkurang
5.
Mudah lelah dan mudah jatuh
6.
Gerakan menjadi lamban dan kurang lincah
Disamping itu, juga terjadi kemunduran kognitif antara lain: (1) suka lupa, ingatan tidak berfungsi dengan baik; (2) ingatan terhadap hal-hal di masa muda lebih baik daripada hal-hal yang baru saja terjadi; (3) sering adanya disorientasi terhadap waktu, tempat dan orang; serta (4) sulit menerima ide-ide baru.
Masalah fisik sehari-hari yang juga sering ditemukan pada lansia, diantaranya:
1.
Mudah Jatuh
Jatuh merupakan suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang melihat kejadian, yang mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka. Jatuh dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya faktor intrinsik: gangguan gaya berjalan, kelemahan otot ekstremitas bawah, kekuatan sendi dan sinkope-dizziness; faktor ekstrinsik: lantai yang licin dan tidak rata, tersandung oleh benda-benda, penglihatan kurang karena cahaya yang kurang terang dan sebagainya.
2.
Mudah Lelah, disebabkan oleh:
a.
Faktor psikologis: perasaan bosan, keletihan, depresi
b.
Gangguan organis: anemia, kurang vitamin, osteomalasia, dan lain-lain.
c.
Pengaruh obat: sedasi, hipnotik
3.
Kekacauan mental karena keracunan, demam tinggi, alkohol, penyakit metabolisme, dehidrasi, dsb
4.
Nyeri dada karena PJK, aneurisme aorta, perikarditis, emboli paru, dan sebagainya.
5.
Sesak nafas pada waktu melakukan aktifitas fisik karena kelemahan jantung, gangguan sistem respiratorius, overweight, anemia.
6.
Palpitasi karena gangguan irama jantung, penyakit kronis, psikologis.
7.
Pembengkakan kaki bagian bawah karena edema gravitasi, gagal jantung, kurang vitamin B1, penyakit hati, penyakit ginjal, kelumpuhan, dan sebagainya.
8.
Nyeri pinggang atau punggung karena osteomalasia, osteoporosis, osteoartritis, batu ginjal, dan sebagainya.
9.
Nyeri sendi pinggul karena artritis, osteoporosis, fraktur/dislokasi, saraf terjepit.
10.
Berat badan menurun karena nafsu makan menurun, gangguan saluran cerna, faktor sosio-ekonomi.
11.
Sukar menahan BAK karena obat-obatan, radang kandung kemih, saluran kemih, kelainan syaraf, faktor psikologis.
12.
Sukar menahan BAB karena obat-obatan, diare, kelainan usus besar, kelainan rektum.
13.
Gangguan ketajaman penglihatan karena presbiopi, refleksi lensa berkurang, katarak, glaukoma, infeksi mata.
14.
Gangguan pendengaran karena otosklerosis, ketulian menyebabkan kekacauan mental.
15.
Gangguan tidur karena lingkungan kurang tenang, organik dan psikogenik (depresi, irritabilitas)
16.
Keluhan pusing-pusing karena migren, glaukoma, sinusitis, sakit gigi, dsb
17.
Keluhan perasaan dingin dan kesemutan anggota badan karena gangguan sirkulasi darah lokal, gangguan syaraf umum dan lokal.
18.
Mudah gatal-gatal karena kulit kering, eksema kulit, DM, gagal ginjal, hepatitis kronis, alergi.