Arti Halaqah - Halaqah dalam arti bahasa adalah lingkaran santri, atau sekelompok santri yang belajar dibawah bimbingan seorang guru.
Abdullah Qadiri menegaskan bahwa sasaran utama belajar mengajar dalam sebuah halaqah haruslah bertujuan akhir mengokohkan hubungan dengan Allah dan mampu beribadah kepada-Nya, dengan cara yang diridhai-Nya. Karena beribadah kepada Allah adalah tujuan asasi diciptakan-Nya manusia. Sangat penting bagi kita dalam memahami satu kegiatan tertentu, karena jika apa yang dilakukan bias menjadikan seseorang jauh dari Allah, maka sia-sia. Namun jika sebaliknya, semakin menambah keimanan kepada Allah, maka sangatlah bermanfaat majelis tersebut.
Halaqah merupakan sebuah metode pembelajaran dimana kelompok santri duduk mengitari kyai dalam pengajian tersebut. Menurut Nurcholish madjid, sebagaimana dikutip oleh djunaidatul munawaroh,
“Halaqah dalam penjelaskan secara teknisnya, kyai membacakan sebuah kitab dalam waktu tertentu, sementara santri membawa kitab yang sama sambil mendengarkan dan menyimak bacaan kyai pada kitab itu yang disebut maknai, ngesahi, atau njenggoti. Pengajian seperti ini dilakukan secara bebas, tidak terikat pada absensi, lama belajar hingga tamatnya kitab yang dibaca”.
Halaqah merupakan sistem kelompok kelas dari sistem bandongan. Halaqah yang arti bahasanya lingkaran murid, atau sekelompok siswa yang belajar di bawah bimbingan seorang guru atau belajar dalam satu tempat. Halaqah ini merupakan diskusi untuk memahami isi kitab, bukan untuk mempertanyakan kemungkinan benar salahnya apa-apa yang diajarkan oleh kitab, tetapi untuk memahami apa maksud yang diajarkan oleh kitab. Bila dipandang dari sudut pengembangan intelektual, menurut Mahmud Yunus sistem ini hanya bermanfaat bagi santri yang cerdas, rajin, dan mampu serta bersedia mengorbankan waktu yang besar untuk studi ini, sistem ini juga hanya menghasilkan 1 persen murid yang pandai dan yang lainnya hanya sebatas partisipan. Metode halaqah dikenal juga dengan istilah munazharah yang dikembangkan dengan baik sekali oleh KH Mustain Romli dari Jombang. Metode ini dimaksudkan sebagai penyajian bahan pelajaran dengan cara murid atau santri membahasnya bersama-sama melalui tukar pendapat tentang suatu topic atau masalah tertentu yang ada dalam kitab kuning. Dalam metode ini, kiai atau guru bertindak sebagai “moderator”. Metode diskusi bertujuan agar murid atau santri aktif dalam belajar. Melalui metode ini, akan tumbuh dan berkembang pemikiran-pemikiran kritis, analitis, dan logis.
Metode halaqah juga merupakan metode pembelajaran yang mendorong santri untuk belajar mandiri. Dalam metode ini, kyai atau ustadz membaca kitab dan menerjemahkannya, selanjutnya memberikan penjelasan. Sementara pada soal yang sama santri mendengarkan dan turut membaca kitab tersebut dengan menambahkan catatan-catatan kecil diatas kitab yang dibacanya. Dalam metode ini para santri memperoleh kesempatan untuk bertanya atau mohon penjelasan lebih lanjut atas keterangan kyai atau ustadz. Sedangkan catatan-catatan yang dibuat santri diatas kitabnya membantu untuk melakukan telaah atau muthala’ah atau mempelajari lebih lanjut isi kitab tersebut setelah halaqah selesai.
|
Halaqah |
Metode halaqah juga merupakan suatu metode kuliah dimana para santri mengikuti pelajaran dengan duduk mengelilingi kyai yang menerangkan pelajaran. Santri menyimak kitab masing-masing dan mencatat jika perlu. Pelajaran diberikan pada waktu-waktu tertentu, yaitu sebelum atau sesudah melaksanakan shalat fardhu. Di Jawa Barat, metode ini disebut dengan bandongan sedangkan di Sumatera disebut dengan halaqah.
Kementerian pendidikan dan kebudayaan menjelaskan bahwa metode halaqah dilakukan oleh seorang kyai atau ustadz terhadap sekelompok santri untuk mendengarkan atau menyimak apa yang dibacakan oleh kyai dari sebuah kitab kyai membaca, menerjemahkan, menerangkan dan seringkali mengulas teks-teks kitab bahasa Arab tanpa harakat (gundul). Santri dengan memegang kitab yang sama, masing-masing melakukan pendhobitan harakat kata langsung di bawah kata yang dimaksud agar dapat membantu memahami teks. Posisi para santri pada kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode ini adalah melingkari kyai atau ustadz membentuk lingkaran. Dalam penerjemahan kyai atau ustadz dapat menggunakan berbagai bahasa yang menjadi bahasa utama santrinya, misalnya: ke dalam bahasa Jawa, Sunda atau bahasa Indonesia.
Pada metode halaqah, setiap santri menentukan sendiri intensitas cara belajarnya. Dalam metode ini tidak dilakukan pengukuran atau penelitian prestasi santri. Pelajaran yang diberikan dalam kuliah atau ceramah harus betul-betul diperhatikan oleh para santri, sebab kyai atau ustadz dalam membacakan kitab pada metode tersebut kadang-kadang cepat. Dengan begitu maka para santri harus mempunyai disiplin belajar yang tinggi agar dapat mengikuti pelajaran-pelajaran yang disampaikan kyai atau ustadz yang merampungkan kitab dalam waktu yang singkat.
Dengan metode tersebut, para santri juga didorong untuk belajar secara mandiri. Dan untuk keberhasilannya dalam mempelajari kitab tersebut santri harus kreatif, seperti melakukan pengkajian ulang terhadap keterangan yang disampaikan kiai, menyusun leksis dan mengembangkan metode tulisan arab. Karena orientasi pengajaran secara halaqah ini lebih banyak pada keikutsertaan santri dalam pengajian. Dalam hal ini santri harus benar-benar kreatif, sehingga pendidikan yang diharapkan dapat terwujud, yaitu dengan terciptanya santri yang alim.
Cara belajar seperti ini, akan sangat membantu cara belajar dengan sistem klasikal. Pada tingkat rendah sistem ini bisa merupakan kelompok belajar dengan sistem bimbingan. Sedang pada tingkatan yang tinggi metode ini bisa berkembang sebagai metode seminar yang kini diterapkan oleh perguruan tinggi modern.
Meskipun banyak orang yang menganggap metode ini klasik dan ketinggalan zaman di tengah-tengah kemajuan informasi dan komunikasi, namun metode tersebut masih dipertahankan dalam pengajaran di pesantren, bahkan metode tersebut menjadi metode yang paling utama dalam kegiatan pembelajaran di lingkungan pesantren. Ini merupakan bukti bahwa metode ini memiliki kekhasan tersendiri sebagai bentuk metode yang cakupannya tidak hanya pada pencapaian target dalam keberhasilan belajar, melainkan pada proses pembelajaran yang berlangsung di kelas melalui keaktifan belajar para santri.
Demikianlah
arti dari Halaqah yang dikemukakan oleh para ulama, yang pada kenyataannya metode ini sebenarnya sudah sangat umum dipahami oleh para peneliti atau pengkaji sistem pendidikan pesantren bahwasanya memiliki keunikan tersendiri. Seperti yang dikatakan Abdurrahman Wahid bahwa keunikan pengajaran di pesantren dapat ditemui pada cara pemberian pelajarannya, dan kemudian dalam penggunaan materi yang telah diajarkan dan dikuasai oleh santri. Pelajaran yang diberikan dalam pengajian yang berbentuk seperti kuliah terbuka, dimana sang kiai membaca, menerjemahkan, kemudian santri membaca ulang, mempelajari di luar waktu, atau mendiskusikannya dengan teman sekelas dalam bentuk yang dikenal dengan musyawarah, takror, dan lain sebagainya.
ADS HERE !!!