Luka perineum yaitu robekan perineum karena lahirnya kepala janin yang terlalu cepat. Luka perineum juga terjadi karena tindakan episiotomi.
Luka perineum adalah terjadinya rupture yang dimulai dari bagian bawah dinding vagina dekat komisura posterior dan menjalar terus kekulit perineum dan kedalam jaringan-jaringan otot dibawahnya (Prawirohardjo, 2002).
Luka perineum adalah laserasi jalan lahir yang terjadi pada saat kepala fetal mulai keluar dan meluasnya laserasi ditentukan berdasarkan kedalamannya
Klasifikasi Luka Perineum
Menurut Bobak (2004), klasifikasi luka perineum meliputi :
1. Derajat pertama : robekan mencapai kulit dan jaringan penunjang superficial sampai keotot
2. Derajat dua : robekan sampai otot-otot perineum
3. Derajat tiga : robekan berlanjut ke otot-otot sfingter ani
4. Derajat empat : robekan sampai mencapai dinding rektum antetior.
Menurut JNPK-KR (2002), klasifikasi luka perineum meliputi :
1. Derajat satu : mengenai mukosa vagina, fourchette posterior dan kulit perineum.
2. Derajat dua : mengenai mukosa vagina, fourchette posterior, kulit perineum dan otot perineum
3. Derajat tiga : mengenai mukosa vagina, fourchette posterior, kulit perineum, otot perineum dan otot sfingter ani eksternal
4. Derajat empat : mengenai mukosa vagina, fourchette posterior, kulit perineum, otot perineum, otot sfingter ani eksternal dan dinding rektum anterior.
Menurut JNPK-KR (2002), penatalaksanaan robekan perineum antara lain:
1. Derajat I : penjahitan dapat dilakukan dengan catgut yang dijahitkan secara jelujur atau dengan cara jahitan angka delaspan
2. Derajat II : sebelum dilakukan penjahitan pada derajat I dan II jika dijumpai pinggir robekan yang tidak rata atau bergerigi maka pinggir yang bergerigi tersebut harus diratakan terlebih dahulu. Pinggir robekan sebelah kanan dan kiri dijepit klem terdahulu kemudian digunting. Setelah pinggir robekan rata, baru dilakukan penjahitan luka perineum. Mula-mula otot-otot dijahit dengan catgut, kemudian selaput lendir vagina dijahit dengan catgut secara terputus-putus atau jelujur. Penjahitan mukosa vagina dimulai dari puncak robekan sampai kulit perineum dijahit dengan catgut secara jelujur.
3. Derajat III : mula-mula dinding depan rektum yang dijahitkemudian fasia perirektal dan fasial septum rektovaginal yang dijahit dengan catgut kromik sehingga ketemu kembali. Ujung-ujung spingter ani yang terpisah akibat robekan dijepit dengan klem kemudian dijahit dengan 2-3 jahitan catgut kromik sehingga ketemu kembali. Selanjutnya robekan dijahit lapis demi lapis seperti menjahit robekan perineum derajat II.
4. Derajat IV : karena tingkat kesulitan untuk melakukan perbaikan cukup tinggi dan resiko terjadinya gangguan berupa gejala sisa dapat menimbulkan kelukan sepanjang hidupnya maka dianjurkan apabila memungkinkan untuk melakukan rujukan dengan rencana tindakan perbaikan dirumah sakit.
Menurut Manuaba (1998), faktor-faktor penyebab luka perineum yaitu :
1. Lahirnya kepala janin melalui dasar panggul yang terlalu sempit
2. Sudut arkus pubis lebih kecil dari pada biasa sehingga kepala janin terpaksa lahir lebih kebelakang dari pada biasa
3. Kepala janin melewati pintu bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar dari pada sirkumferensia suboksipito bregmatika
4. Anak dilahirkan dengan perbedaan vaginal persalinan oleh dukun karena besar tanpa jahitan
5. Persalinan oleh dukun karena tanpa jahitan apabila terjadi robekan.
Menurut Mochtar, R (1998), yang menyebabkan terjadinya rupture perineum adalah :
1. Partus presipitatus
2. Kepala janin besar dan bayi besar
3. Presentasi defleksi (dahi, muka)
4. Primigravida
5. Letak sungsang
6. Pimpinan persalinan yang salah
7. Pada obstetrik operatif pervaginam; ekstraksi vakum. Ekstraksi forsep, serta embriotomi.
|
Perawatan Luka Perenium |
Perawatan Luka Perineum
Prinsip perawatan luka perineum antara lain :
1. Menjaga agar perineum selalu bersih dan kering
2. Menghindari pemakaian air panas untuk berendam
3. Mencuci luka perineum dengan air sabun 3-4 x sehari (Rahardjo, P, 2006)
Kontrol ulang maksimal seminggu setelah persalinan untuk pemeriksaan penyembuhan luka. Sobekan perineum dan laserasi biasanya pulih dalam waktu 1 minggu setelah melahirkan, walaupun area tersebut masih tetap sensitive dalam waktu yang lebih lama. Kecepatan penyembuhan tergantung pada letak dan kedalaman insisi (Henderson, C, 2006).
Menurut Feerer (2001), Waktu Perawatan Perineum adalah :
1. Saat Mandi
Pada saat mandi ibu post partum pasti melepas pembalut, setelah terbuka adaa kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan yang tertampung pada pembalut, untuk itu maka perlu dilakukan penggantian pembalut, demikian pula pada perineum ibu, untuk itu diperlukan pembersihan perineum.
2. Setelah Buang Air Kecil
Pada saat buang air kecil kemungkinan besar terjadi kontaminasi air seni akibatnya dapat memicu pertumbuhan bakteri pada perineum untuk itu diperlukan pembersihan perineum.
3. Setelah Buang Air Besar
Pada saat buang air besar, diperlukan pembersihan sisa-sisa kotoran disekitar anus, untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari anus ke perineum yang letaknya bersebelahan maka diperlukan proses pembersihan anus dan perineum secara keseluruhan.
Dampak Dari Perawatan Luka Perineum
Masalah yang umum terjadi setelah melakukan episiotomi adalah infeksi, akibat sulitnya menjaga daerah tersebut tetap kering dan bersih. Rasa gatal yang berlebihan juga bisa menandakan adanya infeksi, masuknya jamur, atau hal lainnya pada bekas luka, yang harus dicek lebih lanjut. Infeksi yang berlanjut dan tidak segera ditangani dapat menyebabkan sepsis puerpuralis pada ibu (Tabloid Ibu dan Anak, 2009).
Perawatan Luka Perineum yang dilakukan dengan baik dapat menghindarkan hal berikut ini :
1. Infeksi
Kondisi perineum yang terkena lochea dan lembab akan sangat menunjang perkembangbiakan bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi pada perineum.
2. Komplikasi
Munculnya infeksi pada perineum dapat merambat pada saluran kemih ataupun pada jalan lahir yang dapat berakibat pada munculnya komplikasi infeksi kandung kemih maupun infeksi pada jalan lahir.
3. Kematian Ibu Post Partum.
Penangan komplikasi yang lambat dapat menyababkan terjadinya kematian pada ibu post partum mengngat kondisi fisik ibu post partum masih lemah (Suwiyoga, 2004).
Tanda-tanda Infeksi
1. Rubor (kemerahan)
Merupakan hal pertama yang terlihat didaerah pertama yang mengalami infeksi.
2. Kalor (panas)
Peradangan yang hanya pada permukaan tubuh. Pada kulit daerah peradangan menjadi lebih panas dari sekitarnya.
3. Dolor (rasa sakit)
Peningkatan tekanan lokal menimbulkan rasa sakit
4. Tumor (pembengkakan)
Ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan interstisiil
5. Fungsiolesa (perubahan fungsi)
Reaksi peradangan yang telah dikenal.
Tanda-tanda Luka Jahitan yang Jadi :
1. Luka tidak basah
2. Tidak nyeri
3. Tidak kemerahan
4. Tidak mengeluarkan pus / nanah.
Tanda-tanda Luka Jahitan Yang Tidak Jadi :
1. Memerah
2. Nyeri
3. Membengkak
4. Tampak nanah / pus (Rahardjo, P, 2006).