Pengertian Kurikulum - Istilah kurikulum pertama kali digunakan dalam dunia olah ra ga pada zaman Yunani kuno, istilah ini berasal dari kata curir dan currere. Pada saat itu kurikulum diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari, orang mengistilahkannya dengan tempat berlari mulai start sampai finish.
Menurut Dolnald.F.Gay sebagaiman dikutip dakir dalam bukunya Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, kurikulum memiliki rumusan sebagai berikut:
1. Kurikulum terdiri atas sejumlah bahan pelajaran yang secara logis.
2. Kurikulum terdiri atas pengalaman belajar yang direncanakan untuk membawa perubahan perilaku anak.
3. Kurikulum merupakan disain kel ompok sosial untuk menjadi pen galaman belajar anak di sekolah.
4. Kurikulum terdiri atas semua p engalaman anak yang mereka lak ukan dan rasakan di bawah bimbingan belajar.
David Pruff berpendapat : Kurikulum merupakan seperangkat organisasi pendidikan formal atau pusat – pusat pelatihan. Definisi tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1. Rencana tersebut dalam bentuk lisan.
2. Rencana tersebut ialah rencana kegiatan.
3. Kurikulum meliputi hal – hal :
Siswa mau dikembangkan kemana?
Bahan apa yang akan diajarkan?
Alat apa yang akan digunakan?
Bagaimana cara mengevaluasinya?
Bagaimana kualitas guru yang diperlukan?
4. Kurikulum dilaksanakan dalam pendidikan formal.
5. Kurikulum disusun secara sistematik.
Sama halnya dengan apa yang di ungkapkan Murry Print (1993) b ahwa, kurikulum memang diperuntukkan bagi anak didik. Menurutnya kurikulum meliputi:
1. Planned learning experiences
2. Offered within an educational institution/program.
3. Represented as a document, and
4. Includes experiences resulting from implementing that document.
Para ahli pendidikan memiliki penafsiran yang berbeda tentang kurikulum. Namun demikian, dalam penafsir an yang berbeda itu, ada juga kesamaannya. Kesamaannya adalah;
kurikulum berkaitan erat dengan usaha me ngembangkan peserta didik sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Dari penelusuran beberapa kons ep tersebut, pada dasarnya kur ikulum memiliki tiga dimensi pengertian, yakni: pertama, kurikulum sebagai mata pelajar. Kedua, Kurikulum sebagai pengalaman b elajar. Ketiga, kurikulum sebagai perencanaan program pembelajaran.
Kurikulum sebagai mata pelajaran memiliki pengertian, bahwa sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh peserta didik. Dalam konsep ini kurikulum erat kaitannya dengan usaha memperoleh ijazah. Maksudnya apabila siswa telah berhasil mendapatkan ijazah berarti ia telah mampu menguasai pelajaran sesuai kurikulum yang berlaku.dengan demikian, pandangan kur ikulum berorientasi pada isi atau materi pelajaran. Konsep ini merupakan sebuah k onsep yang tradisional, meskipun saat ini masih banyak dianut dalam dunia pendidikan.
Ketiga, Kurikulum sebagai pengalaman belajar, berawal dari tuntutan baru mayarakat terhadap sekolah agar lulusan sebuah lembaga pendidikan / sekolah tidak hanya membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan, akan tetapi juga dituntut untuk dapat mengembangkan minat dan bakat, membentuk moral dan kepribadian, bahkan dituntut agar anak dapa t menguasai berbagai macam ket rampilan untuk memenuhi kebutuhan dunia pekerjaan. Maka muncullah istilah k urikulum sebagai pengalaman belajar yang dikeja wentahkan dalam eksra kurikule r ataupun intra kurikuler, bahkan tak terbatas hanya itu apapun yang dilakukan siswa asalkan masih dalam pengawasan guru termasuk di dalam kurikulum. Konsep ini didukung pendapat beberapa ahli :
“… all of experiences children ha ve under the guidance of teach er”. (Hollis L. caswell dan Campbell/ 1935). Demikian juga menurut D orris Lee dan Murray Lee (1940) menyatakan kurikulum sebagai: “…those experiences of the child which the school in any way utilizes or attempts to influence”. Pergeseran makna kurikulum dari pata pelajaran menjadi pe ngalaman belajar juga dipengaruhi penemuan dalam bidang psikologi belajar, yakn i pandangan tentang belajar ti dak hanya mengumpulkan pengetahuan, akan tetapi merupakan proses perubahan prilaku siswa. Hal ini bisa terjadi bila siswa memiliki pengalaman belajar.
Kurikulum sebagai program atau rencana pembelajaran, sebuah konsep yang didukung oleh beberapa ahli pe ndidikan diantaranya; Murray Print (1993) menyatakan: “Curriculum is defined as all the planned learning opportunities offered to learner by the educational institution and the experiences learners encounter when the curriculum is implemented”. Hilda Taba (1962) menyatakan: “A curriculum is a plan for learning; therefore, what is known about the learni ng process and the development of the individual has bearing on the shaping of a curriculum”.
Konsep kurikulum sebagai program atau rencana pembelajaran sejalan dengan rumusan kurikulum menurut Unda ng – Undang Nomor 20 Tahun 2003 te ntang system Pendidikan Nasional, yakni:” seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan”.
Batasan kurikulum menurut Undang – undang Nomor 20 tahun 2003 memiliki dua aspek pengertian, yakni: Pertama, sebagai rencana (as plan) yang harus dijadikan pedoman dalam pelaksanaan proses pembelajaran oleh guru. Kedua, pengaturan isi dan cara pelaksanaan rencana pembelajaran.
Jelaslah bahwa kurikulum bukan materi p elajaran terpisah yang harus disampaikan dan dpelajari, melainkan bentuk pengalaman dan kebudayaan individu yang mencakup dua sisi sama pe nting. Yakni, perencanaan pembelajaran yang diimplementasikan menjadi pengalam belajar siswa dalam rangka pencapaian tujuan yang diharapkan. Akhgirnya dap at kita tarik benang merah bah wa kurikulum merupakan sebuah dokumen perencanaan yang beri si tentang tujuan yang harus dicapai, isi materi dan pengalaman belajar yang harus dicapai siswa, strategi dan cara yang dapat dikembangkan, evaluasi dirancang untuk mengumpulkan i nformasi tentang pencapaian tujuan, serta implementasi dari dokumen terancang dalam bentuk nyata.
2. Peran dan fungsi Kurikulum
Dalam system pendidikan kuriku lum merupakan kompnen yang sna gat penting, sebab di dalamnya bukan hanya menyangkut tujuan dan arah pendidikan saja akan tetapi, juga pengalaman belajar yang harus dimiliki setiap siswa serta bagaimana mengorganisasikan pengalaman i tu sendiri. Sebagai salah satu komponen da lam system pendidikan , paling tid ak kurikulum memiliki tiga per an, yaitu peran konservatif, peran kreatif, serta peran kritis dan evaluatif
a. Peranan konservatif
Peran konservatif Kurikulum adalah melestarikan berbagai nil ai budaya sebagai warisan masa lalu.Seba b sekarang ini era globalisasi memungkinkan mudahnya pengaruh budaya asing yang menggerogoti budaya local, maka peran konservatifnya kurikulum berpe ran dalam menangkal berbagai p engaruh yang dapat merusak nilai – nilai luhur masyarakat, sehingga keaj egan dan identitas masyarakat akan tetap terpelihara.
b. Peran Kreatif
Peran kreatif kurikulum harus ada sebab, masyarakat selalu b ersifat dinamis dan selalu mengalami perubahan. Dalam hal ini kuriku lum harus mengandung hal – hal baru se hingga dapat membantu siswa un tuk dapat mengembangkan setiap potensi yang dimilikinya agar dapat berperan aktif dalam kehidupan sosial masyarakat ya ng senantiasa bergerak maju se cara dinamis.
Kreatifitas kurikulum diperluk an karena pendidikan jika tida k mengalami perubahan – perubahan akan tertinggal, se hingga pelajaran yang diberika n menjadi kurang bermakna dan tidak relevan dengan kebutuhan masyarakat.
c. Peran Kritis dan Evaluatif
Kurikulum di sini berperan untuk menyeleksi nilai dan budaya mana yang perlu dipertahankan, dan nilai atau budaya baru yang mana yang harus dimiliki anak didik.Kurikulum harus ber peran menyeleksi dan mengevalu asi segala sesuatu yang dianggap bermanfaat untuk kehidupan anak didik.
Dalam proses pengembangannya harus berjalan simbang. Kurikulum yang terlalu menonjolkan konservati fnya cenderung akan membuat pe ndidikan ketinggalan zaman. Seballiknya kurikulum yang menonjolkan pe ran kreatifnya dapat membuat hilangnya nilai – nilai budaya masyarakat.
Isi kurikulum menurut McNeil kurikulum memiliki empat fungsi:
1) fungsi pendidikan umum (common and general education )
yaitu fungsi kurikulum untuk m empersiapkan peserta didik aga r mereka menjadi anggota masyarakat yang bertanggungjawab sebagai warga Negara yang baik dan bertanggungjawab. Kurikulum harus memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik agar mampu menginternalisasi nilai – nilai dalam kehidupan.
2) Suplementasi (Supplementatation)
Kurikulum sebagai alat pendidikan harus dapat memberikan pelayanan kepada setiap siswa sesuai perbedaan tersebut. Dengan de mikian, setiap anak memiliki kesempatan untuk menambah kemampuan dan wawasan yang lebih baik sesuai dengan minat dan bakat siswa.
3) Eksplorasi (exploration)
Kurikulum harus dapat menemukan dan mengembangkan minat dan bakat masing – masing siswa. Sehingga memung kinkan siswa belajar tanpa ada paksaan. Tetapi adakalanya paksaan itu dating dari luar, yya itu orang tua, mereka dipaksa memilih sesuai keinginan orang tua. Maka disi nilah para innovator kurikulum harus meng gali rahasia keberbakatan siswa secara intensive.
4) Keahlian (Specialization)
Kurikulum harus memberikan pil ihan berbagai bidang keahlian, atau ketrampilan akademik. Bidang – bidang semacam itu diberikan sebagai pilihan, yang pada akhirnya setiap peserta didik memiliki ketrampilan sesuai dengan spesifikasinya.
Melihat fungsi – fungsi di atas, maka jelas kurikulum berfungsi untuk setiap orang atau lembaga yang berhubungan baik langsung maupun tidak langsung dengan penyelenggara pendidikan.
Bagi guru, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Pembelajaran yang tidak berpedoman pada kurikulum akan berakibat kurang efektif, sebab pembelaj aran adalah proses yang bertuj uan, sehingga segala sesuatu yang dilakukan g uru dan siswa untuk mencapai t ujuan. Sedangkan tujuan pembelajaran beserta bagaimana cara strategi yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan merupakan komponen penting dalam sistem kurikulum.
Bagi Kepala Sekolah, kurikulum berfungsi untuk menyusun perencanaan dan program belajar. Dengan demikian, penyusunan kalender sekolah, pengajuan sarana dan prasarana sekolah. Menyusun berbagai kegiatan eks trakulikuler dan kegiatan – kegiatan lain.
Bagi pengawas, kurikulum akan berfungsi sebagai panduan dala m melaksanakan supervise. Dengan demikian, dalam proses pengawasan para pengawas akan dapat menentukan apakah p rogram sekolah dan proses pemb elajaran yang dilakukan guru apakah sudah se suai dengan kurikulum, sehingg a pengawas bisa memberikan saran.
Bagi siswa, kurikulum sebagai pedoman belajar, melalui kurikulum siswa akan memahami apa yang harus d icapai, isi atau bahan pelajar an apa yang harus dikuasi, dan pelajaran apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan. Diantaranya:
• Fungsi penyesuaian (the adjustive or adaptive function)
Kurikulum harus dapat mengantar siswa agar mampu menyesuaikan diri dengan kehidupan social masyarakat. Sebab masyarakat selalu bersifat dinamis dan selalu berubah sesuai zaman maka, siswa harus bisa beradaptasi dala m kehidupan masyarakat.
• Fungsi integrasi (the integrating function)
Kurikulum harus dapat mengembangkan pribadi siswa secara utuh. Kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik harus berkembang secara terintegrasi.
• Fungsi diferensiasi (the differentiation function)
Kurikulum harus dapat melayani setiap siswa dengan segala ke unikannya. Unik disini maksudnya siswa memiliki perbedaan, baik dari segi minat, bakat, maupun perbedaan kemampuan. Walaupun ada kesamaan fisik pastilah berbeda dari factor psikologi.
• Fungsi persiapan (the preparation function )
Kurikulum harus dapat memberik an pengalaman belajar bagi ana k untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi, maupun u ntuk kehidupan dimasyarakat.
• Fungsi pemilihan (the selective function)
Kurikulum memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk belajar ses uai dengan bakat dan minatnya. Kur ikulum harus bersifat fleksibe l, artinya menyediakan berbagai pilihan program pendidikan yang dapat dipelajari.
• Fungsi diagnostik (the diagnostic function)
Kurikulum berperan untuk menemukan kesulitan – kesulitan dan kelemahan yang dimiliki siswa, disamping mengeksplorasi berbagai kekuatan yang dimiliki siswa, sehingga siswa dapat berkembang sesuai dengan potensi yang dimiliki.
3. Macam – macam Model Konsep Kurikulum
Konsep Kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktek pendidikan, dalam prak tiknya ada empat model konsep kurikulum, diantaranya:
a. Kurikulum subjek Akademis
Model konsep Kurikulum ini merupakan model yang tertua, sehingga model ini disebut juga Kurikulum k lasik. Inti dari kurikulum ini lebih mengutamakan isi pendidikan. B elajar adalah berusaha menguas ai ilmu sebanyak – banyaknya. Orang yang berhasi l dalam belajar adalah orang yang menguasai seluruh atau sebagian besar isi pendidikan yang diberikan oleh guru.
Model kurikulum ini sampai sek arang masih banyak dianut oleh sekolah – sekolah, meskipun sudah banyak tipe yang lain. Hal ini terjadi karena model kurikulum ini sangat praktis, mudah disusun, dan mudah digabungkan dengan tipe lainnya. Beberapa diantaranya:
1) Correlated Curriculum, yakni pola konsep yang dipel ajari dalam suatu pelajaran kemudian dikorelasikan denngan pelajaran lain, sekarang dikenal dengan istilah lintas bidang studi.
2) Unified / Concentrated Curriculum, Merupakan pola menyusun bahan ajar dalam bentuk tema – tema pelajaran tertentu, yang mencakup materi dari berbagai disiplin ilmu, tetapi disiplin ilmu masih ada.
3) Integrated Curriculum, Pola ini hampi r sama dengan pola kedua, teta pi berbeda pada warna disiplin il munya tidak tampak. Bahan ajar diintegrasikan dalam suatu persoalan , kegiatan atau segi kehidupan tertentu.
4) Problem Solving Curriculum , Pola ini merupakan model pemecahan masalah sosial yang dihadapi dalam kehidupan den gan menggunakan pengetahuan dan keterampilan y ang diperoleh dari berbagai ma tapelajar atau disiplin ilmu yang didapat dari sekolah.
b. Kurikulum Humanistik
Kurikulum Humanistik yang digagas oleh John Dewey (Progressive Education) dan J.J Roussea (Romantic Education). Aliran ini lebih memberikan tempat utama kepada siswa. Sebab mereka berasumsi bahwa siswa adalah yang utama dalam pendidikan. Siswa menurut mereka memiliki potensi, punya kemampuan, dan kekuatan untuk berkembang.
Menurut Mc Neil “ The new humanists are self actualizes who see curriculum as liberating process that can meet the need for growth and personal integrity.” Tugas guru hanya menciptakan situasi yang permisif dan mendorong siswa untuk mencari dan mengembangkan pemecahan sendiri.
Tujuan pembelajaran ini adalah memperluas kesadaran diri sendiri dan mengurangi kerenggangan dan keterasingan dari lingkungan. Sebab pendidikan menurut aliran Naturalisme dan Romantisme merupakan upaya un tuk menciptakan situasi yang memungkinkan anak berkembang optimal. Pendidikan diibaratkan petani yang berusaha menciptakan tanah yang gembur, air dan udara yang cukup, terhindar dari berbagai hama, untuk tumbuhnya tanaman yang penuh berbagai potensi. Sebab dalam pendidikan tidak ada pemaksaan, yang ada hanya dorongan dan rangsangan.
c. Kurikulum Rekonstruksi Sosial
Kurikulum ini berbeda dengan k urikulum yang lain , kurikulum ini lebih memusatkan perhatian pada problem yang dihadapi masyarakat. Kurikulum ini bersumber pada aliran pendidikan interaksional. Menurut mereka pendidikan bukan upaya sendiri, merupakan kegiatan bersama, interaksi, dan kerjasama. Kerjasama atau interaksi bukan hanya terjadi antara siswa dengn guru, tetapi juga antara siswa dengan siswa, siswa dengan orang di lingkungan sekitar, den dengan sumber belajar yang lain. Melalui interaksi dan kerjasama ini siswa berusaha memecahkan permasalahan – permasalahan yang diha dapi dalam masyarakat menuju pembentukan masyarakat yang lebih baik.
a. Teknologi dan Kurikulum
Perkembangan teknologi berpeng aruh besar pada setiap aspek kehidupan, termasuk bidang pen didikan. Sebenarnya teknologi sudah diterapkan dalam pendidikan, t etapi dalam batas sederhana, seperti; penggunaan papan tulis dan kapur, pena dan tinta, dan lain – lain. Seiring perkembangan teknologi pembela jaran tidak hanya dari keteran gan guru, tetapi menggunakan media audio dan video casset, OHP, film slide, Komputer, CD-rom, dan internet.
Penerapan teknologi dalam bidang pendidikan khususnya kurikulum, ada dua bentuk, yaitu perangka t lunak (software) dan perangk at keras (hardware). Penerapan teknologi perangkat keras dalam pendidikan dikenal sebagai teknologi alat (tools technology), sedangkan penerapan teknologi perangkat lunak disebut juga teknologi system ( sistem technology ).
Dari keempat paparan model kon sep Kurikulum diatas yan g akan menjadikan acuan penulis untuk melalukan penelitian dan meru muskan konsep baru dalam inovasi kurikulum di tingkat Sekolah Dasar.