Seni pertunjukan Islam banyak merujuk pada apa yang ada atau terkandung dalam sebuah pagelaran atau pertunjukkan dalam nuansa Islam, artinya setiap unsur yang dibawakan dalam pagelaran atau pertunjukkan mempunyai nilai-nilai Islam. Islam sendiri adalah sebuah agama yang menurut persebarannya di indonesia tergolong yang tercepat, karena memang dibawakan dan disebarkan dengan cara-cara yang mudah beradaptasi. Edi Sedyawati menjelaskan: Bahwa seni pertunjukan pada pokoknya adalah sesuatu yang membutuhkan kelompok dan memberikan pengalaman langsung.
Pada dasarnya seni pertunjukan Islam adalah bagian atau merupakan budaya kegemaran masyarakat jawa, pada khususnya di Jawa Timur yang dikenal dengan pertunjukkan wayang kulit, terlapas dari esensi yang akan disampaikan dalam pertunjukkan ala wali songo di Jawa Timur yang
mendapat respon luar biasa dari masyarakat luas disamping karena menjadipertunjukkan yang paling digemari, dari sinilah akulturasi budaya kemudian menjadi magnet atau daya tarik luar biasa sehingga persebaran agama Islam tidak memerlukan kekerasan atau perang.
Pertunjukkan wayang yang dibawakan wali songo dalam hal esensi yang disampaikan dalam cerita-ceritanya tentunya disisipkan unsur-unsur moral ke-Islaman. Dalam lakon Bima Suci misalnya, Bima sebagai tokoh sentralnya diceritakan menyakini adanya Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan Yang Esa itulah yang menciptakan dunia dan segala isinya. Tak berhenti di situ, dengan keyakinannya itu Bima mengajarkannya kepada saudaranya, Janaka. Lakon ini juga berisi ajaran-ajaran tentang menuntut ilmu, bersikap sabar, berlaku adil, dan bertatakrama dengan sesama manusia.
Peran wali songo menjadi sangat penting dalam penyebaran agama Islam di Jawa Timur dengan akulturasi budaya yang telah di kembangkan oleh para wali di samping menggunakan wayang sebagai media dakwahnya, para wali juga melakukan dakwahnya melalui berbagai bentuk akulturasi budaya lainnya contohnya melalui penciptaan tembang-tembang keIslaman berbahasa Jawa, gamelan, dan lakon Islami. Setelah penduduk tertarik, mereka diajak membaca syahadat, diajari wudhu, shalat, dan sebagainya.
Biasanya dalam pertunjukan wayang selalu memberikan muatan-muatan ajaran agama yang disampaikan oleh dalang. Ada juga wayang yang khusus membawakan cerita-cerita Islami seperti wayang syadat. Wayang ini dijadikan media dakwah untuk mensosialisasikan ajaran-ajaran Islam. Proses
transformasi nilai-nilai ajara Islam melalui pertunjukan wayang bisa terjadi dari awal sampai akhir pementasan. Ketika sang dalang mulai membawakan cerita dalam pementasan sesungguhnya proses transformasi itu sudah dimulai. Ini seperti halnya proses transformasi yang ada di sekolahan artinya seorang peserta didik tidak akan mengerti dan memahami sepenuhnya apa yang sampaikan seorang guru (dalang) kalau pada prakteknya peserta didik kurang memperhatikan dari apa yang disampaikan oleh seorang guru.
Nah disini sebenarnya pekerjaan seorang dalang yang paling berat karena dia harus berfikir bagaimana pementasannya bisa menarik simpati penonton, karena bagaimanapun transformasi itu sulir diwujudkan kalau penonton tidak memperhatikan dan mendengarkan isi cerita. Musik gamelan, lagu-lagu yang dibawakan sinden, dan kemampuan dalang dalam menarikan wayang adalah kesatuan kreatif yang menjadi syarat utama di dalam mentransformasikan nilai-nilai ajaran Islam. Karena dengan pementasan yang baik dan penonton yang tertib, proses transformasi nilai-nilai ajaran Islam dalam paket pementasan wayang akan lebih mudah diterima oleh masyarakat.
Maka jelaslah bahwa seni pertunjukan Islam merupakan proses Islamisasi dengan menggunakan akulturasi budaya setempat yang berkembang pada saat itu sehingga mampu menarik animo masyarakat luas untuk berbondong-bondong memeluk agama Islam.
ADS HERE !!!